Meningkatkan Kemampuan Kontak Mata Anak Gangguan Spektrum Autisme (GSA) Menggunakan Teknik Prompting
Article Sidebar
Download : 1149
Main Article Content
Abstract
Salah satu permasalahan pada anak gangguan spektrum autisme yaitu pada kemampuan kontak mata. Kontak mata digunakan dalam melakukan komunikasi dan interaksi agar pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa teknik prompting dapat meningkatkan kemampuan kontak mata pada anak GSA. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen single subject research (SSR) menggunakan desain A-B. Data yang diperoleh dianalisis dalam analisis visual grafik. Dimana, semua data yang diperoleh pada kondisi baseline (A) dan Intervensi (B) digambarkan dalam sebuah grafik yang dapat menunjukkan perubahan jejak data antara dua kondisi tersebut. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perubahan atau peningkatan kemampuan kontak mata pada anak GSA dengan diberikannya intervensi menggunakan teknik prompting. Hal ini dapat dilihat dari yang awalnya kemampuan kontak mata anak hanya bertahan selama 1 detik, namun setelah diberikan intervensi kemampuan kontak mata anak meningkat sampai selama 5 detik.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
References
[2] R. Rahmahtrisilvia, “Peningkatan Kemampuan Komunikasi pada Anak Autistik Menggunakan Dukungan Visual,” Pedagog. J. Ilmu Pendidik., vol. 15, pp. 128–136, 2015.
[3] W. G. Moulton, The sounds of English and German: (a systematic analysis of the contrasts between the sound systems). Chicago: University of Chicago Press, 1970.
[4] A. Psychiatric and Association, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. American Psychiatric Association, 2004.
[5] L. Zwaigenbaum and M. Penner, “Autism spectrum disorder: Advances in diagnosis and evaluation,” BMJ, vol. 361, pp. 1–16, 2018, doi: 10.1136/bmj.k1674.
[6] E. Nur, “Communication Form of Society in Conveying Social Distancing Information Inmanaging Coronavirus in Gowa Regency,” Pangadereng, vol. 6, pp. 1–12, 2020.
[7] C. I. Iqbal, “Budaya Komunikasi Dalam Masyarakat Jepang,” Walasuji J. Sej. dan Budaya, vol. 9, no. 1, pp. 129–140, 2018, doi: 10.36869/wjsb.v9i1.25.
[8] I. Putri, “Komunikasi Non Verbal (Makna Kinesik) Pesulap Dalam Pertunjukan Sulap Klasik,” J. Ilm. Syi’ar, vol. 18, no. 1, p. 56, 2018, doi: 10.29300/syr.v18i1.1570.
[9] V. J. Carbone, L. O’Brien, E. J. Sweeney-Kerwin, and K. M. Albert, “Teaching eye contact to children with autism: A conceptual analysis and single case study,” Educ. Treat. Child., vol. 36, no. 2, pp. 135–159, 2013, doi: 10.1353/etc.2013.0013.
[10] P. R. Newman, B, M. & Newman, Develompent through life: A Psychosocial Approach. Belmont: Wadsworth, Cengage Learning, 2012.
[11] Handojo, petunjuk praktis & pedoman materi untuk mengajar anak normal, autis dan perilaku lain. 2004.
[12] R. Cintaka and E. Djuwita, “Penerapan prompting untuk meningkatkan frekuensi kontak mata pada anak dengan global developmental delay,” J. Ilm. Psikol. Terap., vol. 7, no. 2, pp. 199–210, 2019, doi: 10.22219/jipt.v7i2.7995.
[13] R. G. Miltenberger, “Behavior Modification : principles and procedures.,” English Belmont, CA Wadsworth Cengage Learn., 2012.
[14] R. Ambaryanti, “Hubungan Intensitas Pendampingan Belajar Orang Tua Dengan Kualitas Hasil Belajar Siswa diRA Al-Islam Mangunsari 02 Semarang Tahun Pelajaran 2011/2-12.,” Indones. J. Early Child. Stud., vol. 2, no. ISSN 2303-1395, 2013.
[15] & D. Alfan, M., “Keefektifan Model Pembelajaran Probing-Prompting dengan Strategi Scaffolding Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Rasa Ingin Tahu.,” Unnes J. Math. Educ., vol. 6, no. ISSN 2252-6927, 2017.
[16] G. Tarbox, R. S. F., Ghezzi, P. M., & Wilson, “The effects of token reinforcement on attending in a young child with autism,” Behav. Interv. 21, pp. 155–164, 2006.